Senin, 07 Juni 2010

MATERI KELAS IX SEMESTER 2

MEDITASI

1. Meditasi sama dengan Samadhi/Bhavana yang artinya memusatkan pikiran pada satu obyek meditasi.

2. Sang Buddha mengajarkan Samadhi pertama kali pada saat khotbah di Taman Rusa Isipatana disampaikan kepada Lima orang pertapa.

3. Khotbah pertama Buddha dikenal dengan nama "Dhammacakkapavatthana Sutta" artinya khotbah pemutaran Roda Dhamma yang Pertama

4. Dhammacakkapavatthana Sutta biasa disebut dengan Jalan Tengah (Majjhimapatipada = Delapan jalan utama) .

5. Meditasi atau Samadhi terdiri dari 2 macam yaitu:
a. Samatha bhavana adalah meditasi yang bertujuan untuk mencapai ketenangan batin. Hasil dari meditasi ini adalah Abhinna (Kekuatan batin). Obyek meditasi ini berjumlah 40 macam terdiri dari:
 10 Kasina ( wujud benda)
 10 Asubha ( wujud mayat)
 10 Anussati (perenungan)
 4 Apamana (Metta, Karuna, Mudita, Upekkha)
 4 Ruang Tanpa batas
 1 Makanan menjijikkan (Aharapatikulasanna)
 1 Analisa terhadap 4 unsur(tanah, air, api, warna)

b. Vipassana Bhavana adalah meditasi yang bertujuan untuk mencapai pandangan terang. Hasil meditasi ini adalah Kesucian atau Nibbana. Obyek meditasi ini adalah Nama/Rupa (Batin/Jasmani)


6. Contoh murid Buddha yang berhasil mencapai kesucian atau Nibbana antara lain : Ananda, Sariputta, Moggallana, Kisa Gotami, Kondanna, Vappa, Assaji, Mahanama, dll.

7. Manfaat meditasi antara lain : Pikiran tenang dan terkendali, Wajah berseri-seri, Bangun tidur dengan segar, Tidak mudah marah-marah, Sabar menghadapi segala permasalahan, dll

8. Meditasi akan berhasil dan bermanfaat jika orang yang bermeditasi memiliki moral (sila) yang baik.

9. Meditasi tidak sama dengan mengosongkan pikiran, tetapi meditasi harus memusatkan pikiran dengan mengambil satu obyek, misalnya obyek benda( Buddha Rupang)

10. Siapa saja yang boleh bermeditasi ? Jawab : siapapun boleh bermeditasi bila ia memenuhi persyaratan untuk meditasi.


Gangguan Meditasi (Palibodha)


1. Gangguan meditasi bisa berupa fisik dan bisa berupa batin.
2. Gangguan fisik dalam bermeditasi disebut Palibodha.
3. Macam-macam Palibodha adalah :

 Tempat tinggal (avasa)
 Keluarga (Kula)
 Pendapatan (Labha)
 Para Siswa (Gana)
 Kegiatan (Kamma)
 Bepergian (Addhana)
 Kerabat (Nati)
 Sakit (Abadha)
 Belajar (Gantha)
 Kemampuan Batin (Iddhi)


4. Dari sepuluh palibodha ini, sembilan gangguan (kecuali gangguan kemampuan batin), merupakan gangguan meditasi bagi pemula.

5. Gangguan ini merupakan gangguan umum, dan dapat diatasi jika kita dapat mengendalikan pikiran kita dengan baik dan terkendali.

6. Bagi orang yang baru melatih meditasi (pemula/awal) sebaiknya dalam bermeditasi harus ada guru pembimbing.









Rintangan Batin (Nivarana)


1. Rintangan/hambatan saat bermeditasi disebut Nivarana.

2. Nivarana dapat menyebabkan pikiran cepat sekali kacau/buyar.

3. Nivarana merupakan gangguan batin.

4. Nivarana lebih sulit dihindarkan, diendapkan atau dilenyapkan dari pada palibodha.

5. Nivarana sebagai perintang batin yang umumnya telah ada dalam batin setiap orang.

6. Macam-macam Nivarana adalah :

• Kelambanan/kemalasan (thinamiddha)
• Kekacauan/kekhawatiran (uddhacchakukuca)
• Keragu-raguan/ketidakpastian (vicikiccha)
• Nafsu keinginan untuk pemuasan indria (kamachanda)
• Kemauan untuk menyakiti orang lain (byapada)


7. Cara mengatasi Nivarana
• Nivarana dapat diatasi setelah seseorang dapat memusatkan pikirannya dengan baik, yaitu dengan munculnya faktor-faktor jhana.

• Hal ini dapat tercapai, karena ketika bermeditasi palibodha dapat ia singkirkan dan nivarana dapat dikendalikan yang akhirnya faktor jhana muncul.


Cara Meditasi


A. Hal-hal Yang Mendukung Meditasi

1. Untuk dapat melaksanakanameditasi dengan berhasil, seseorang harus memperhatikan syarat meditasi sebagai berikut :

• Memiliki keinginan yang kuat (tekad)
• Memiliki moral yang baik (sila)
• Sehat jasmani dan batin
• Tempat yang tenang
• Memiliki waktu senggang
• Adanya guru pembimbing
• Memiliki buku pedoman Meditasi (Kitab Suci)
• Memiliki obyek meditasi yang sesuai dengan sifatnya
• Saat bermeditasi posisi tubuh rileks/santai
• Suhu tempat meditasi yang sesuai
• Memiliki teman yang bermoral.


2. Tempat bermeditasi adalah yang sepi, jauh dari keramaian dan tenang.

3. Maksudnya jauh dari hal-hal yang dapat mengganggu orang yang akan meditasi.

4. Tempat meditasi yang sering digunakan pada zaman Sang Buddha adalah hutan.
5. Meditasi juga dapat dilakukan dibawah pohon yang rindang, gua, alam terbuka, kuburan, taman atau kuti yang jauh dari kota.

6. Diantara tempat-tempat tersebut diatas yang paling ideal adalah hutan.


B. Cara Melaksanakan Meditasi

1. Waktu meditasi yang tepat adalah bila jasmani kita segar, semua pekerjaan telah selesai, gangguan fisik dan batin tidak ada.

2. Meditasi dapat dilaksanakan pada pagi hari (pkl. 04.00 – 07.00) dan malam hari (pkl. 17.00 - 22.00).

3. Jadi waktu dalam berlatih meditasi sebaiknya dilakukan setiap hari dalam waktu yang sama secara teratur dan terus menerus (continue).







4. Sang Buddha mengajarkan 4 cara bermeditasi yaitu :
a. Meditasi dengan cara duduk
Meditasi dengan cara ini biasanya dilakukan bagi pemula dan tingkat lanjut. Caranya duduk bersila (padmasana) badan tegak tetapi rilek, sebaiknya tidak bersandar pada dinding atau sandaran lain, mata dipejamkan, batin tenang dan pikiran dipusatkan pada obyek yang dipilih.

b. Meditasi dengan cara berdiri.
Berdiri dengan kaki sedikit renggang, kedua tangan didepan dada, tangan kanan memegang tangan kiri, usahakan dapat menjaga keseimbangan tubuh supaya batin tenang, pikiran berkonsentrasi pada obyek yang dipilih.

c. Meditasi dengan cara berjalan
Meditasi berjalan disebut cankamana. Meditasi ini dapat dipraktikkan dengan beberapa cara, al:
• Berjalan denganmenghitung langkah kaki
• Berjalan dengan menyadari langkah maju, mundur, kekiri, kekanan. Menghitung langkah kaki kanan melangkah atau menyadari kaki kiri melangkah dst.
• Berjalan dengan menggunankan obyek meditasi nimitta (bayangan) tubuh kita sendiri.

d. Meditasi dengan cara berbaring.
Berbaring dengan posisi tubuh miring kekanan atau kekiri (kaki kanan/kiri diatas) seperti posisi tubuh Sang Buddha ketika parinibbana (wafat), kaki lurus, kepala ditopang dengan tangan kanan/kiri, mata dipejamkan, batin tenang dan pikiran terpusat pada obyek meditasi yang dipilih.


C. Manfaat Meditasi

Meditasi yang benar akan memberikan manfaat bagi orang yang melaksanakannya. Manfaat yang didapat dari praktik meditasi antara lain :
• membebaskan diri dari ketegangan/ beban.
• memenangkan diri.
• membangkitkan keberanian
• mengembangkan kekuatan untuk mengatasi persoalan
• menumbuhkan rasa percaya diri.
• Menguatkan ingatan
• Akan mendapatkan perubahan dan perkembangan batin
• menimbulkan rasa puas
• percaya diri
• mengenal diri sendiri lebih mendalam
• tidak ragu-ragu dalam menghadapi segala masalah, dll


D. Carita Manusia

1. Carita artinya sifat/karakter/watak.

2. Bagi seseorang yang ingin melaksanakan meditasi sebaiknya memperhatikan sifat/watak-nya sendiri, sehingga lebih mudah dalam bermeditasi.

3. Jika seseorang belum mengetahui sifat/wataknya sendiri maka hal ini akan mengganggu pemusatan pikiran dalam bermeditasi dan biasanya sulit untuk berkonsentrasi.

4. Carita/sifat/watak manusia secara umum terdiri dari 7 macam, yaitu :

 Nafsu keinginan (Ragacarita)
 Kebencian (dosacarita)
 Ketidaktahuan (mohacarita)
 Kekhawatiran/pikiran tidak terkendali(vitakkacarita)
 Mudah percaya (saddhacarita)
 Intelektual(budhicarita)
 Campuran/kombinasi(sabbacarita)



HUBUNGAN SIFAT MANUSIA DENGAN OBYEK MEDITASI

1. Bila seseorang memiliki sifat Raga Carita (sifat penuh dengan nafsu) obyek meditasi yang cocok adalah 10 obyek Asubha(obyek mayat) dan kayagatasati (perenungan terhadap badan jasmani).
orang yang memiliki watak ini cenderung sensitif dengan nilai-nilai keindahan dan keharmonisan, mudah sekali terpengaruh oleh kecantikan/ketampanan orang lain, suka mendengarkan musik yang indah-indah, dll.






2. Bila seseorang memiliki sifat Dosa Carita (sifat kebencian/kemarahan) obyek meditasi yang cocok adalah 4 Brahma Vihara (sifat luhur) yaitu metta, karuna, mudita, upekkha dan 4 obyek Kasina Warna yaitu warna hijau, putih, merah dan kuning.
Orang yang memiliki watak ini mudah tersinggung, cepat bosan, jengkel, kesal, marah-marah, cemburu, irihari, dendam, dll

3. Bila seseorang memiliki sifat Moha Carita (sifat ketidaktahuan) obyek meditasi yang cocok adalah anapanassati (perenungan terhadap keluar dan masuknya pernafasan).
Orang yang memiliki watak ini cenderung kurang cerdas, karena tidak ada usaha untuk belajar lebih baik.

4. Bila seseorang memiliki sifat Vitaka carita (sifat kekhawatiran) obyek meditasi yang cocok adalah anapanassati
Orang yang memiliki watak ini biasanya sering cemas dalam menghadapi kesukaran/kesulitan, mudah merubah prinsip sehingga ia disebut orang yang tidak memiliki pendirian tetap.

5. Bila seseorang memiliki sifat Saddha carita (sifat mudah percaya) obyek meditasi yang cocok adalah 6 anussati (perenungan) yaitu Buddhanussati, Dhammanussati, Sanghanussati, Silanussati, caganussati, Devanussati.
Orang yang memiliki watak ini adalah memiliki tanda kurang cerdas karena segala sesuatu yang ia dengar walaupun informasinya belum jelas, ia dengan mudah menerimanya bagaikan kebenaran.

6. Bila seseorang memiliki sifat Buddhi Carita (sifat intelektual/kecerdasan) obyek meditasi yang cocok adalah Tilakkhana (Tiga Corak Umum yaitu anicca, Dukkha, Anatta), marananussati, Upasamanussati, aharapatikulasanna dan catudhatuvavathana.
Orang yang memiliki watak ini biasanya kurang beruntung. Kelebihannya yang dimiliki dapat menjadi suatu kerugian apabila suatu sikap batin yang tidak benar sebagai pengetahuan besar. Hal ini akan menyeret seseorang kedalam pandangan ekstrim/salah. Jika kebenaran disertai pengetahuan benar akan membawa seseorang dapat menembus empat kesunyataan mulia dengan benar.


Tingkat Samadhi

1. Tingkat Samadhi, terdiri dari:
a. Meditasi Permulaan (Parikamma Samadhi)
b. Meditasi mendekati Pencapaian (Upacara Samadhi)
c. Meditasi Tercapai (Appana Samadhi)

Keterangan :
a. Ketika pikiran mulai dipusatkan pada sebuah obyek yang dipilih sesuai dengan carita, maka meditasi permulaan ini disebut Parikamma Samadhi.

b. Jika pikiran untuk sementara telah bebas dari kekacauan,atau pikiran tidak tergoyahkan, hal ini disebut Upacara Samadhi.

c. Apabila keadaan ini dapat dipertahankan terus, walaupun dengan perlahan tapi pasti hingga pemusatan pikiran benar-benar tidak tergoyahkan, maka hal ini disebut Appana Samadhi.

2. Pencapaian Appana Samadhi berarti Rupa Jhana I telah tercapai.



Bayangan atau Gambaran Meditasi(Nimitta)

1. Nimitta adalah tanda/lambang/bayangan/gambaran dalam bermeditasi.

2. Dalam hal ini nimitta merupakan gambaran/bayangan yang muncul sebagai hasil dari pemusatan pikiran pada sebuah obyek.

3. Nimitta biasa muncul sesuai dengan sifat masing-masing orang dan meditasi dapat dicapai apabila seseorang telah dapat melenyapkan nivarana dan palibodha.

4. Macam-macam Nimitta, al:
• Parikamma Nimitta : Bayangan atau gambaran permulaan
• Uggaha Nimitta : Bayangan tercapai
• Patibhaga Nimitta : Bayangan atau gambaran sebanding.





5. Hubungan Nimitta dengan Tingkat Samadhi adalah :
• Ketika mulai menggunakan obyek (Parikamma Nimitta), maka ia berada padatingkat Parikamma Samadhi.

• Ketika ia memiliki Ugaha Nimitta, maka ia telah berada pada tingkat Upacara Samadhi

• Ketika ia memiliki Patibhaga Nimitta, maka ia mencapai Appana Samadhi atau Jhana I dengan semua factor jhana kuat.

Contoh Nimitta :
Apabila seseorang bermeditasi menggunakan obyek warna, karena yang bersangkutan Dosa Carita, maka warna yang digunakan akan nampak lebih cemerlang dan segala sesuatu diliputi oleh warna obyeknya. Sehingga dia tidak bisa membedakan warna dengan dirinya sendiri, karena semua warna menjadi satu. Hal ini terjadi bila mereka berada pada patibhaga nimitta.




JHANA dan ABHINNA

A. Pengertian Jhana

1. Meditasi benar adalah meditasi yang dilakukan dengan tujuan untuk mencapai ketenangan batin dan pandangan terang.

2. Dalam bermeditasi para siswa diharapkan untuk memilih salah satu dari 40 obyek yang sesuai dengan sifatnya.

3. Bila seseorang melaksanakan Samatha bhavana maka akan menghasilkan jhana dan abhinna.

4. Jhana artinya kesadaran pikiran yang melekat dan perpusat kuat pada obyek meditasi.


B. Macam-macam Jhana

1. Jhana terdiri dari empat (4) tingkatan yaitu Jhana I, Jhana II, Jhana III, Jhana IV.

2. Faktor untuk mencapai jhana ada lima (5), antara lain:

 Vitakka : usaha pikiran untuk menangkap obyek
 Vicara : pikiran yang telah menangkap obyek
 Piti : kegiuran atau kenikmatan
 Sukkha : kebahagiaan
 Ekaggata : pikiran terpusat dengan kuat
 Upekkha : keseimbangan batin

3. Setelah mengetahui bahwa factor jhana ada lima (5), maka para siswa harus melatihnya hingga mahir atau ahli.

4. Keahlian atau kemahiran dalam jhana disebut Vasita

5. Jika seorang siswa telah mahir dalam meditasi maka ia akan mudah untuk keluar masuk dalam jhana.

6. Perolehan jhana antara lain :
a. Jhana I dapat dicapai dengan melaksanakan : vitakka, vicara, piti, sukkha, ekaggata
b. Jhana II dapat dicapai dengan melaksanakan: piti, sukkha, ekaggata
c. Jhana III dapat dicapai dengan melaksanakan: sukkha, ekaggata
d. Jhana IV dapat dicapai dengan melaksanakan: ekaggata, upekkha

7. Faktor jhana upekkha hanya muncul pada tingkat jhana ke-empat saja karena yang mampu memunculkan upekkha hanya mereka yang batinnya telah tenang.








C. Pengertian Abhinna

1. Abhinna artinya kemampuan atau kekuatan batin luar biasa.

2. Abhinna hanya dapat diperoleh dengan melaksanakan meditasi.

3. Abhinna dapat muncul dalam diri orang biasa dan orang suci.


D. Macam-macam Abhinna

1. Abhinna terdiri dari dua (2) macam, yaitu Lokiya Abhinna dan Lokuttara Abhinna.

A. Lokiya Abhinna
1. Lokiya Abhinna artinya kekuatan batin yang bersifat duniawi.

2. Disebut demikian karena kekuatan batin tersebut tidak membebaskan manusia dari penderitaan.

3. Lokiya abhinna terdiri dari :
• Iddhividhi adalah kekuatan batin yang dapat mengubah diri sesuai yang diinginkan. Contoh : menghilang, berjalan diatas air, menembus dinding, memperbanyak diri menyelam dalam tanah, melayang di angkasa, dll.

• Dibbasota (Telinga Dewa) yaitu kemampuan untuk mendengar suara dari alam lain. Contoh: alam Dewa, alam Setan, alam Neraka, alam Brahma baik yang dekat maupun jauh.

• Dibbacakkhu(Mata Dewa) yaitu kemampuan untuk melihat alam lain yang dekat maupun jauh. Orang yang memiliki Dibbacakkhu sanggup untuk melihat muncul dan lenyapnya makhluk-makhluk dari alam lain. Kemampuan ini disebut Catupapatanana.

• Cetopariyanana yaitu kemampuan untuk mengetahui atau membaca pikiran makhluk lain.

• Pubbenivasanussati-nana yaitu kemampuan untuk mengingat kehidupan yang lampau dari orang lain maupun diri sendiri.


B. Lokuttara Abhinna

1. Lokuttara Abhinna artinya kemampuan batin diatas duniawi, karena kekuatan batin ini bertujuan mencapai pandangan terang yang dapat membebaskan manusia dari penderitaan hingga mencapai Nibbana.

2. Lokuttara Abhinna ada satu yaitu Asavakkhaya-nana yaitu kemampuan untuk menghilangkan Asava (kekotoran batin yang sangat halus).

2. Perlu kita perhatikan bahwa walaupun seseorang telah mencapai jhana IV (Arupa Jhana) dan memiliki Abhinna, belum tentu orang tersebut telah mencapai kesucian.

3. Kesucian hanya dicapai dengan melenyapkan belenggu(Samyojana) dengan melaksanakan meditasi Vipassana bhavana.

4. Dengan memiliki Abhinna, seseorang dapat melacak kebenaran bahwa Sang Buddha pernah hidup.

5. Selain itu ia juga mampu melihat makhluk alam Surga dan Neraka, kelahiran seseorang setelah kematian, dll.

6. Jhana dan Abhinna bersifat tidak kekal karena hal tersebut hanya dapat dipertahankan melalui meditasi benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar